Minggu, 25 Oktober 2009

Jangan Mudah Menyerah

( Pelajaran dari tumbuhan Pakis )

Kisah ini diambil tentang seorang gadis yang sudah putus asa dalam hidupnya dan ingin meninggalkan segalanya , meninggalkan pekerjaannya , orang – orang yang dicintainya, bahkan ingin meninggalkan hidupnya.

Suatu hari berjalanlah si gadis tadi ke tepi sebuah hutan. Dengan keputus asaan yang teramat sangat, dia mengharap ada sebuah binatang buas yang menerkamnya agar segera terbebas dari penderitaan yang dialaminya.

Dalam kelelahannya dia duduk disebuah gubuk tempat petani beristirahat melepas lelah. Sampai akhirnya tanpa terasa sigadis terlelap dan bermimpi bertemu dengan seorang kakek tua, berjenggot panjang, mengenakan jubah putih bertongkat dan berwajah bersih.

“ Kakek, tolong tunjukkan kepada saya cara bunuh diri yang baik “ kata si gadis tadi

“ Kenapa kamu melakukan itu ? “ tanya si kakek sambil mengerutkan dahinya

“ Saya sudah putus asa dalam hidup ini. Semua yang saya lakukan dianggap salah. Tidak ada yang benar terhadap apa yang saya lakukan. Meskipun saya sudah berusaha memperbaiki sikap saya, tetapi tidak pernah benar “ jawab si gadis...

“ Cepat kakek....tunjukkan cara bunuh diri yang baik “ desak si gadis itu.

“ Hemmm..........begini...” jawab si kakek.

“ Coba lihat di sekelilingmu. Disana terdapat tanaman pakis dan bambu “

“ ya “ jawab si gadis “ lantas kenapa dengan pakis dan bambu itu ? “ lanjut si gadis

“ Ketika aku menanam pakis dan bambu itu, aku merawatnya dengan sangat baik, telaten dan kurawat sepenuh hati. Aku memberi keduanya cahaya. Menyirami dengan air yang cukup. Tetapi pakis tumbuh lebih cepat dibandingkan bambu . Daunnya pakis hijau , segar , menutupi permukaan tanah di hutan ini.

Sementara benih bambu belum menghasilkan apa – apa. Berbeda dengan pakis itu.

Tetapi aku tidak menyerah. Tetap kurawat kedua tanaman itu dengan perlakuan yang sama. Tidak pernah aku bedakan sedikitpun.

Sampai dengan tahun pertama, pakis sudah tumbuh dengan subur dan menyebar kemana – mana hampir memenuhi hutan ini.Bambu tetap belum menghasilkan apa – apa. Tetapi aku tidak menyerah..

Tahun ke dua tanaman pakis semakin banyak dan semakin subur. Suasana hutan menjadi lebih hijau dengan adanya tanaman pakis itu. Benih bambu tetap belum menghasilkan apa – apa. Aku tidak menyerah.

Ditahun ke tiga, benih bambu belum menghasilkan apa – apa. Aku tetap tidak menyerah.

Dan di tahun ke empat, mulailah muncul tunas kecil dari benih bambu itu.

Dibandingkan dengan pakis, benih bambu itu tidak ada apa – apanya. Tampak kecil sekali dan tidak bermakna. Tetapi enam bulan kemudian, tunas bambu kecil itu mulai menjulang sampai 2 meter. Melebihi tingginya pakis yang lebih dulu tumbuh. Dibutuhkan waktu sekian tahun untuk menumbuhkan akar pohon bambu itu agar lebih kokoh dan kuat. Akar itu membuat bambu lebih kuat dan memberi apa yang diperlukan oleh bambu itu untuk bertahan hidup.

Kamu mengerti maksud cerita itu nak ? “ tanya si kakek dengan lemah lembut.

“ Belum kek.,.aku bingung “ jawab si gadis dengan polos

“ Nak, disaat kita sedang menghadapi semua kesulitan hidup, perjuangan yang sedemikian berat, sejatinya kita sedang menumbuhkan akar – akar kehidupan. Aku tidak meninggalkan bambu itu meskipun sampai tiga tahun benih bambu itu belum menampakkan tanda – tanda kehidupan. Dengan penuh keyakinan aku merawat dan merawat benih bambu itu setiap hari.Karena aku yakin bahwa bambu itu sedang menancapkan akar guna menopang kekuatan hidupnya.

Jangan membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Karena masalahmu berbeda dengan masalah orang lain.

Aku juga tidak pernah membandingkan benih bambu itu dengan benih pakis.

Bambu mempunyai tujuan hidup yang berbeda dengan pakis. Meskipun keduanya membuat hutan menjadi lebih indah.” si kakek menjelaskan makna kehidupan itu kepada si gadis.

“ Waktumu akan datang. Kamu akan menanjak dan menjulang tinggi “ lanjut si kakek.

“ Saya akan menjulang setinggi apa kek ? “ tanya si gadis

“ Setinggi apa bambu bisa menjulang ? “ tanya si kakek

“ Setinggi apa yang bisa dicapainya “ jawab si gadis

“ Ya..benar !! Agungkan dan muliakan nama Tuhan dengan berbuat dan menjadi yang terbaik, meraih yang tinggi setinggi kemampuanmu. Tuhan tidak akan memberimu beban diluar batas kemampuanmu !! “ tandas si kakek

Si gadis itu tergugah dalam mimpinya, dan meninggalkan hutan untuk memulai hidupnya dengan baik.

Moral dari cerita ini adalah :

  1. Tuhan mempunyai rencana yang berbeda untuk masing – masing ciptaan-Nya. Berdo'alah selalu dan biarkan Tuhan membantu kita mencapai tujuan itu.
  2. Semua orang mengalami saat – saat ingin menyerah dalam hidup ini. Jika menghadapi kesulitan dan hambatan dalam hidup,selalu ingat bahwa kita sedang menumbuhkan akar.
  3. Jangan pernah menyesali satu haripun dalam hidup ini. Hari baik memberikan kebahagiaan tetapi hari buruk memberikan pengalaman,. Keduanya sangat bermanfaat dalam hidup ini.
  4. Tuhan tidak memberikan kehidupan tanpa kesulitan. tawa tanpa kesedihan, matahari tanpa hujan. Tetapi Tuhan memberikan kekuatan, hiburan untuk kesedihan dan cahaya untuk menerangi hidup ini.

( ndok,-tugurejo04agt09)

Tulisan ini saya edit 5 Juli 2009


MENJUAL SISIR PADA BIKSU

Ada sebuah perusahaan "pembuat sisir" yang ingin mengembangkan bisnisnya, sehingga management ingin merekrut seorang sales manager yang baru.

Perusahaan itu memasang IKLAN pada surat kabar. Tiap hari banyak orang yang datang mengikuti wawancara yang diadakan ... jika ditotal jumlahnya hampir seratus orang hanya dalam beberapa hari.

Kini, perusahaan itu menghadapi masalah untuk menemukan calon yang tepat di posisi tersebut. Sehingga si pewawancara membuat sebuah tugas yang sangat sulit untuk setiap orang yang akan mengikuti wawancara terakhir.

Tugasnya adalah : Menjual sisir pada para biksu di wihara.

Hanya ada 3 calon yang bertahan untuk mencoba tantangan di wawancara terakhir ini. (Mr. A, Mr. B, Mr. C)

Pimpinan pewawancara memberi tugas :

"Sekarang saya ingin anda bertiga menjual sisir dari kayu ini kepada para biksu di wihara. Anda semua hanya diberi waktu 10 hari dan harus kembali untuk memberikan laporan setelah itu."

Setelah 10 hari, mereka memberikan laporan.

Pimpinan pewawancara bertanya pada Mr. A :

"Berapa banyak yang sudah anda jual?"

Mr. A menjawab: "Hanya SATU."

Si pewawancara bertanya lagi : "Bagaimana caranya anda menjual?"

Mr. A menjawab:

"Para biksu di wihara itu marah-marah saat saya menunjukkan sisir pada mereka. Tapi saat saya berjalan menuruni bukit, saya berjumpa dengan seorang biksu muda - dan dia membeli sisir itu untuk menggaruk kepalanya yang ketombean."

Pimpinan pewawancara bertanya pada Mr. B :

"Berapa banyak yang sudah anda jual?"

Mr. B menjawab : "SEPULUH buah."

"Saya pergi ke sebuah wihara dan memperhatikan banyak peziarah yang rambutnya acak-acakan karena angin kencang yang bertiup di luar wihara. Biksu di dalam wihara itu mendengar saran saya dan membeli 10 sisir untuk para peziarah agar mereka menunjukkan rasa hormat pada sang Buddha."

Kemudian, Pimpinan pewawancara bertanya pada Mr. C :

"Bagaimana dengan anda?"

Mr. B menjawab: "SERIBU buah!"

Si pewawancara dan dua orang pelamar yang lain terheran-heran.

Si pewawancara bertanya : "Bagaimana anda bisa melakukan hal itu?"

Mr. C menjawab:

"Saya pergi ke sebuah wihara terkenal. Setelah melakukan pengamatan beberapa hari, saya menemukan bahwa banyak turis yang datang berkunjung ke sana. Kemudian saya berkata pada biksu pimpinan wihara, 'Sifu, saya melihat banyak peziarah yang datang ke sini. Jika sifu bisa memberi mereka sebuah cindera mata, maka itu akan lebih menggembirakan hati mereka.' Saya bilang padanya bahwa saya punya banyak sisir dan memintanya untuk membubuhkan tanda tangan pada setiap sisir sebagai sebuah hadiah bagi para peziarah di wihara itu. Biksu pimpinan wihara itu sangat senang dan langsung memesan 1,000 buah sisir!"

MORAL DARI CERITA

Universitas Harvard telah melakukan riset, dengan hasil :

1) 85% kesuskesan itu adalah karena SIKAP dan 15% adalah karena kemampuan.

2) SIKAP itu lebih penting dari kepandaian, keahlian khusus dan keberuntungan.

Dengan kata lain, pengetahuan profesional hanya menyumbang 15% dari sebuah kesuksesan seseorang dan 85% adalah pemberdayaan diri, hubungan sosial dan adaptasi. Kesuksesan dan kegagalan bergantung pada bagaimana sikap kita menghadapi masalah.

Dalai Lama biasa berkata : "Jika anda hanya punya sebuah pelayaran yang lancar dalam hidup, maka anda akan lemah. Lingkungan yang keras membantu untuk membentuk pribadi anda, sehingga anda memiliki nyali untuk menyelesaikan semua masalah."

"Anda mungkin bertanya mengapa kita selalu berpegah teguh pada harapan. Ini karena harapan adalah : hal yang membuat kita bisa terus melangkah dengan mantap, berdiri teguh - dimana pengharapan hanyalah sebuah awal. Sedangkan segala sesuatu yang tidak diharapkan .... adalah hal yang akan mengubah hidup kita."

Meredith Grey, Grey's Anatomy - Season 3

Ingatlah, saat keadaan ekonomi baik, banyak orang jatuh bangkrut. Tapi saat keadaan ekonomi buruk, banyak jutawan baru baru yang bermunculan. Jadi, dengan sepenuh hati terapkanlah SIKAP kerja yang benar 85%. Semoga sukses !"

Tulisan ini saya buat 21 Nopember 2007 ketika Downtimer di Kota Semarang baru ada 2. Yakni di Bundaran Tugu Muda dan di sebelah utara Lawang Sewu


Down Timmer di Tugumuda

Jika kita mengendarai sepeda motor atau mobil menjelang lampu lalu lintas berubah dari warna hijau yang hampir berakhir dan akan beralih ke warna kuning ( merah ) , apa yang biasanya kita lakukan ? Pelan – pelan berhenti dari pada kena tilang karena melanggar lampu kuning ( merah ) ? Atau tancap gas guna mengejar warna hijau yang sudah mepet?

Kenyataan yang ada, sebagian besar masyarakat masih memilih tancap gas dengan anggapan mumpung masih warna hijau, tanpa memperdulikan keselamatan dirinya dan orang lain. Meskipun saat ini masih ada sebagian kecil yang tertib dalam berlalu lintas.

Kenekatan sebagian besar masyarakat itu bisa dimaklumi. Karena memang tidak ada ukuran waktu dilampu lalu lintas itu. Yang ada hanya ukuran warna. Sedangkan berapa menit lampu itu akan berwarna hijau,kuning,maupun merah terserah masyarakat sendiri memperkirakan berdasarkan feeling.

Disitulah terjadinya bottom neck. Puncak keruwetan dari persepsi menghitung lamanya warna berganti, bisa membuat celaka. Kalau hanya tancap gas dan dianggap melanggar lampu kuning( merah ) siap-siap saja berargumen dengan polisi jika ketahuan. Tapi mungkin bisa terjadi kecelakaan maut jika yang dari warna hijau tancap gas, sementara dari arah berlawanan siap-siap berjalan karena warna sudah berganti hijau juga.

Artinya, petunjuk waktu didalam lampu lalu lintas yang biasa disebut down timmer itu sangat penting !!

Akan tetapi sampai dengan tulisan ini dibuat, down timmer di Tugumuda dari arah Jl.Sugijopranoto ( Bulu ) raib entah kemana,terbawa puting beliung. Sementara down timmer di Jalan Pemuda dekat lawang sewu, tidak menyala bahkan kedinginan.

Padahal Semarang sebagai Kota Propinsi Jawa Tengah, itu hanya mempunyai dua down timmer saja. Diletakkan di Tugumuda serta didepan Rumah Dinas Gubernur yang megah. Dua down timmer saja tidak sanggup merawat. Padahal, kedua benda itu dipasang belum ada satu tahun.

Bandingkan dengan Jogjakarta dan Solo yang sudah sekian tahun lalu menggunakan down timmer. Sampai saat ini masih berfungsi dengan baik. Dan Sragen kota yang lebih kecil dari Semarang, sudah menggunakan down timmer serta berjalan normal .

Mohon kepada instansi terkait. Peliharalah peralatan keselamatan publik itu dengan baik. Toh meskipun kita baru sanggup membeli dua down timmer, barang itu juga dibeli dengan uang rakyat.

Tulisan ini saya buat pada tanggal 07 Pebruari 2008

Karcis Jalan TOL

Setiap kali kita memasuki pintu TOL di kota Semarang ini, selesai membayar ongkos melewati jalan tol,kita akan mendapatkan karcis sebagai bukti pembayaran.Karcis terbuat dari kertas tipis dengan panjang 7,5 cm dan lebar 4 cm.

Tetapi baru beberapa meter melewati pintu tol, kebanyakan pengemudi itu membuang karcis tol seenaknya.Sehingga membuat kondisi jalan tol didekat pintu pembayaran menjadi kotor oleh kertas karcis yang berserakan. Khusus di pintu Tol Tembalang,saya sering menyaksikan bapak-bapak tua menyapu dan memunguti karcis tol itu dengan telatennya.

Ada dua hal yang perlu di perhatikan dalam hal ini.Yang pertama adalah kebiasaan buruk masyarakat dalam menjaga kebersihan serta keindahan lingkungan, serta adanya pemborosan dari sebuah system dalam pembayaran biaya tol.

Guna membiasakan masyarakat dalam menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan,memang dibutuhkan kepedulian semua pihak.Serta kemauan dari masyarakat sendiri.Perlu waktu yang lama serta tidak mengenal lelah.

Sedangkan system yang ada,tergantung dari Jasa Marga selaku pihak penyelenggara jalan Tol yang sah.Bagaimana merubah system karcis konvensional dengan bukti kertas,menjadi sebuah system lain yang lebih hemat serta tidak membawa dampak buruk bagi lingkungan.Bayangkan,jika selembar karcis dengan ukuran 7,5 kali 4 cm perlembar dalam satu hari ada 1.000 lembar karcis yang terbuang, berapa besar kertas yang akhirnya sia-sia terbuang. Memang saat ini masih ada beberapa pengemudi yang membutuhkan bukti karcis itu untuk klaim ke kantor atau perusahaannya.Tetapi saya pikir pasti ada cara lain yang lebih baik dan lebih praktis. Misalnya dengan system kartu seperti Tol di Jakarta atau mungkin dengan system elektrik yang sangat praktis. Tentu saja untuk memulai merubah system ini membutuhkan biaya yang tidak murah. Tetapi untuk jangka panjang, system konvensional dengan bukti karcis selembar kertas,itu merupakan pemborosan serta membawa dampak buruk bagi lingkungan.

Minggu, 18 Oktober 2009

Dari Gubernur ke Mendagri

Sebagai warga JawaTengah, saya bersyukur dan bangga atas terpilihnya Bp.H Mardiyanto Gubernur Jawa Tengah menjadi Mendagri menggantikan Bp.M.Ma’ruf yang tidak bisa melanjutkan tugasnya sebagai Mendagri karena beliau sakit. Selamat menunaikan tugas baru, dan semoga bapak bisa melaksanakan tugas dan amanah ini dengan baik. Juga kepada Wagub Bp.Ali Mufiz yang akan menjadi pengendali Jateng ini, semoga Propinsi Jateng ini semakin maju,makmur,kondusif, aman dan tentram di bawah kepemimpinan bapak yang tidak kalah sejuknya.

Keputusan presiden ini semakin membenarkan opini yang berkembang. Bahwa Jawa Tengah biasanya menjadi barometer kepemimpinan Nasional. Siapapun yang menjadi pemimpin di Jateng, entah Gubernur, Pangdam, atau Kapolda, kesempatan menuju ke Istana semakin besar. Tergantung bagaimana kinerja selama memimpin Jateng ini. Sehingga bisa dikatakan bahwa Jateng ini kawah Candradimuka nya calon-calon pemimpin bangsa kita. Tidak perlu saya sebut satu persatu, siapa saja yang pernah memimpin Jateng ini yang akhirnya menjadi pemimpin yang lebih tinggi. Sangat banyak.

Dalam hal ini apa yang mesti kita sikapi ? Sebentar lagi kita akan menghadapi pemilihan Gubernur Jawa Tengah pada tahun 2008. Pilihlah Gubernur yang baik, serta diprediksi mampu menjadi pemimpin yang lebih tinggi. Berpikirlah secara Long Therm ( Jangka Panjang ) jangan Short Therm ( Jangka Pendek ). Pilihlah Calon Gubernur yang berkualitas, yang akan menaikkan gengsi warga JawaTengah. Jangan asal pilih, atau terjerat emosi sesaat. Apalagi dipengaruhi oleh money politik. Jangan beli kucing dalam karung. Belilah kucing yang jelas. Pilih kucing rumah yang manis, atau kucing Persia yang manja. Jangan terjebak KUCING GARONG. Yang akan menggarong harta masyarakat.

Saat ini semua Calon Gubernur pasti bermuka manis. Baik-baik sama rakyat, serta sok akrab. Karena itu bagian dari strategi. Dan itu sah-sah saja. Tetapi kita jangan terjebak oleh kenikmatan serta rayuan sesaat. Yang akhirnya akan menyesal selamanya. Karena 5 tahun lagi kesalahan itu baru bisa di koreksi lewat Pil Gub yang akan datang.

Sekali lagi, berpikirlah untuk jangka panjang. Pilihlah Gubernur yang benar-benar berkualitas. Karena hanya Gubernur yang bisa kita pilih. Sedangkan Kapolda atau Pangdam kita tidak punya kesempatan memilih. Karena memang begitu peraturannya….

Ketulusan hati seorang “ Polisi “ Semarang

Tanggal 8 Januari sekitar jam 06.50 WIB, menjelang perempatan Lampu Merah Krapyak Semarang dari arah barat , saya menyaksikan suatu peristiwa yang tidak luar biasa, bahkan tergolong wajar, tetapi menjadi catatan kecil yang sangat menyentuh perasaan saya.

Ketika itu ada vespa yang dikendarai seseorang yang mengalami kerusakan roda-nya cukup parah.Sehingga harus dilakukan pelepasan roda vespa tersebut.Dan saya melihat ada Seorang bapak Polisi yang dengan sigapnya membantu pengendara itu dengan cara melepaskan roda vespa tersebut. Bahkan dengan sekuat tenaga Pak Polisi itu mengangkat body Vespa yang cukup berat. Terlihat keringat menetes deras dari Pak Polisi itu,menandakan betapa berat dan seriusnya dia mengangkat vespa itu guna membantu pengendaranya.

Saya tidak bisa membantu mereka.Dan tidak bisa menyaksikan peristiwa itu lebih lama.Karena saat itu posisi saya sedang mengendarai mobil.Sedangkan kondisi jalan agak padat. Tetapi saya bisa menyaksikan dengan jelas peristiwa itu, karena lampu lalu lintas menyala merah.

Pak polisi itu mengenakan Rompi warna hitam,yang membalut seragamnya.Dengan tulisan di punggung “ Kamtibmas Polres Semarang Barat “.Serta mengendarai motor bebek dinas Kepolisian “ 9881 IX “. Dan Vespa yang di tolong itu berwarna biru dengan nopol H 6038 HY.

Sekali lagi, peristiwa itu bukan hal yang “ luar biasa “. Tetapi tetap menjadi catatan positiv bagi saya,bahwa kebaikan dan ketulusan itu selalu ada. Sehingga kita harus selalu berpikir positiv dalam hidup ini.

Berubah itu, Bisa !!!!...

Terhitung 07 Agustus 2009 , Suara Merdeka telah menampilkan sebuah perubahan yang mendasar tentang tata letak atau lay out dari koran yang kita cintai ini. Pengelompokan berdasar jenis berita dan daerah asalnya, serta pemberian sisipan khusus Semarang Metro membuat pemberitaan kota Semarang lebih fokus.

Sisipan Olah Raga serta berita Internasional yang tersendiri memberikan alternatif kepada pembaca untuk memilih berita mana yang akan didahulukan dibaca sesuai dengan kebutuhannya.

Kolom Surat Pembaca sekarang diletakkan disisi tengah, dekat dengan kolom wacana. Tidak terselip di belakang seperti waktu yang lalu. Sehingga memudahkan untuk mencarinya, serta memungkinkan untuk terbaca. Mengingat Kolom Surat Pembaca mempunyai rating yang tinggi setelah “ Piye Jal “ berdasarkan tingkat kesukaan dan kebutuhan pembaca.

Kami mengucapkan selamat kepada Manajemen Suara Merdeka atas keberaniannya dan keputusannya untuk berubah. Mengingat masih banyak sebagian dari kita yang takut untuk melakukan perubahan. Karena pada dasarnya setiap manusia maupun sebuah lembaga / institusi itu sangat enggan untuk melakukan perubahan, dan bergeser dari kebiasaan yang telah ada. Dan ternyata bagi Suara Merdeka, berubah itu Bisa !!!!!

Sabagai koran yang memposisikan sebagai perekat komunitas, tentu saja Suara Merdeka ingin merangkum semua kejadian yang terkini dan ter-update dan sesegera mungkin berita itu disajikan kepada semua lapisan masyarakat. Mengingat Lokasi Jawa Tengah yang maha luas, yang terbentang dari Dayeuh Luhur perbatasan dengan Ciamis, sampai Parang Gupito di Wonogiri. Serta dari Losari Brebes sampai dengan Sarang Kab. Rembang, kejadian demi kejadian berlangsung sangat cepat. Tetapi Suara Merdeka mampu untuk menyampaikan berita itu dengan baik.

Yang lebih utama adalah janganlah berpuas diri dengan kemapanan. Lakukanlah perubahan demi perubahan yang lebih baik, dengan berpedoman terhadap “ continual improvement “.

“ PDLT “ Calon Gubernur Jateng

Wajar dan lumrah kalau saat ini para Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur Jateng jualan program andalan yang akan digunakan sebagai bahan rayuan guna mempengaruhi rakyat Jawa Tengah agar memilihnya pada 22 Juni kelak.

Tidak tanggung-tanggung , segala jurus dipergunakan guna mencapai satu tujuan.Yaitu memenangkan laga pertarungan politik bergengsi menjadi orang nomor satu di Jawa Tengah. Ini adalah urusan gengsi dan prestise serta harga diri. Sedangkan masalah kesejahteraan rakyat Jawa Tengah, itu urusan nanti..

Tetapi cobalah cermati dari beberapa program yang ditawarkan itu.Ada yang realistis dan ada yang tidak realistis. Bahkan ada yang agak asal-asalan. Padahal perlu kita sadari, bahwa ketika seseorang Kepala daerah, entah itu Bupati,Wali Kota, Gubernur sampai Presidenpun tidak akan segampang itu merealisasikan sebuah program kerja. Ada sebuah lembaga yang namanya Legislatif yang akan ikut menentukan disetujui atau tidaknya sebuah program yang ditawarkan oleh Eksekutif. Apalagi jika program itu yang menyangkut kesejahteraan masyarakat, dan memerlukan anggaran keuangan yang tidak sedikit. Pasti ada berbagai kepentingan yang bermain dalam wilayah itu.

Sehingga dalam hal itu kita mesti waspada, pintar serta cerdas memilah program-program yang ditawarkan para Cagub dan Cawagub itu masuk akal atau tidak !!

Yang utama dalam pemilihan Cagub serta Cawagub besok adalah melihat sejauh mana kredibilitas serta kualitas para calon tersebut. Dahulu kita pernah mengenal PDLT. Singkatan dari Prestasi, Dedikasi, Loyalitas, tidak Tercela. Parameter itu sampai saat ini masih relevan kita pergunakan sebagai bahan kajian guna memutuskan kita memilih para calon pemimpin Jawa Tengah ini.

Sejauh mana Prestasi ke lima calon itu selama ini ? Apakah prestasinya biasa-biasa saja, sesuai standar atau di atas standar diantara calon yang lain ? Atau malah terpuruk dibawah standar dari kriteria kita. Dan bagaimana Dedikasi serta Loyalitas mereka selama ini. Apakah mereka termasuk orang yang konsistent terhadap kelompoknya, terhadap lingkungannya selama ini, atau mereka itu petualang sejati. Yang gampang muncul dimana-mana tergantung kepentingan serta menguntungkan secara pribadi atau tidak. Dan jangan lupa, apakah dari kelima calon itu mempunyai perilaku yang tidak Tercela ? Mempunyai tidakan yang pantas dicontoh dan bisa dijadikan panutan warga Jawa Tengah ? Bagaimana trac record nya selama ini ? Jangan sampai kita terkesima oleh “ pepesan kosong “ yang ditawarkan oleh para calon dengan program kerja yang muluk-muluk. Ingatlah...,bahwa alam telah mengajarkan kepada kita tentang sebuah seleksi kepemimpinan. Tidak ada sesuatu didunia ini yang tiba-tiba atau “ ujug-ujug “ menjadi seorang pemimpin. Semua butuh waktu dan proses..Oleh karena itu, berpikirlah sebelum menentukan calon yang kita pilih. Sesal kemudian, tiada guna.

Nyalon Gubernur

Nyalon Gubernur 100 Milyard

Judul Suara Merdeka 11 Peb 07 hari minggu yang lalu menyatakan demikian. Saya cuma begidik dan merinding..Kok akeh tenan to ?? Mungkin saya terlalu pilon untuk mengerti arti uang dalam dunia perpolitikan atau per “ calon “ an. Yang saya bayangkan cuma uang yang beberapa juta saja untuk berebut menjadi Gubernur.

Lantas saya semakin ngambra-ambra aja menghitung hartanya orang. Berapakah kekayaan calon Gubernur itu ? Sehingga untuk nyalon saja dia rela mengeluarkan uang 100 M, dimana belum tentu pasti jadi Gubernur. Artinya setiap calon mesti siap-siap kehilangan uang 100 M. Karena dari sekian calon Gubernur, hanya satu yang akan ditetapkan sebagai Gubernur.

Kemudian, apakah uang 100 M itu milik pribadi calon itu atau uang pinjaman, ya ? Kalau pinjam dan calon itu tidak jadi Gubernur, apa konsekwensinya ? Kalau uang itu pinjam, dan calon tadi berhasil jadi Gubernur ? Apa juga konsekwensinya terhadap yang meminjami ? ah, mboh ah…ora mudeng tenan.

Saya hanya berpikir sederhana. Kalau ada calon yang benar-benar punya uang pribadi 100 M hanya untuk nyalon, dengan resiko gagal, berarti calon itu benar-benar orang kaya. Kalau calon itu benar-benar orang kaya, kenapa masih berambisi menjadi Gunernur ? Berapa sih Gaji Gubernur ? Berapa tahun uang 100 M itu akan balik modal. Cukupkah 5 tahun uang 100 M itu kembali ? Atau cukup membutuhkan waktu tidak kurang dari 1 tahun modal itu kembali ? Dengan dalih membuat sebuah mega proyek ? Ah, makin ruwet saja hitungannya…

Mari kita berhitung sederhana. 100 M di bagi 5 tahun, sama dengan 20 M pertahun Kemudian 20 M pertahun di bagi 12 bulan, ketemu 1,6 M perbulan. Kalau kita berhitung investasi, artinya setiap bulan Gubernur terpilih harus menghasilkan uang 1,6 M untuk mengembalikan modal awal nyalon. Itu belum ditambah bunga..Pertanyaannya ? dari mana kira-kira uang itu akan di dapatkan ? Apakah gaji Gubernur itu memang segitu besarnya ? Saya berbicara gaji. Bukan penghasilan atau “ Take Home Pay “.

Sehingga, orang kaya yang benar-benar nyalon jadi Gubernur itu benar-benar orang penuh pengabdian. Pengorbanan terhadap Negara ini sangat tinggi. Dan pantas kita hormati. Karena dia mau mengorbankan sebagian hartanya untuk menjadi calon Gubernur, padahal kalau sudah menjadi Gubernur gajinya tidak sebanding dengan biaya yang dia keluarkan saat “ nyalon “. Itu kalau kita berhitung antara modal awal di bandingkan dengan Gaji. Entah kalau di bandingkan dengan penghasilan…….mungkin memang penghasilan Gubernur itu sangat banyak. Sehingga 100 M itu uang yang sangat kueciiilll dibanding dengan apa yang akan diterimanya kelak. Dan pantaslah, orang – orang tertentu sangat berambisi berebut menjadi Gubernur !!! Kalau memang hitung-hitungannya masuk. Apa memang saya yang terlalu bodoh ??

Suara Merdeka makin " GENIT "

Suara Merdeka makin “ GENIT “

Ini hari ketiga saya mendapatkan koran kesayangan.Di hari pertama menerimanya, mata saya sudah terbelalak…Opo iki ?? gumam saya dalam hati. Trus makin dilihat dan di baca, semakin menarik dan memikat.

Isi dan ulasan tambah baik. Gambar dan foto semakin tajam. Kualitas kertas sangat baik, dan dengan halaman yang ramping, semakin ringkes.Makin enjoy aja rasanya…

Secara keseluruhan saya merasakan Suara Merdeka sedang mengalami fase perubahan. Menuju perbaikan keseluruhan. Sisi apanya yang semakin baik, saya sendiri bingung menguraikan.Karena saya belum ahli sebagai penilai. Kapasitas saya masih dalam tahap merasakan. Saat ini, yang saya rasakan Suara Merdeka dengan tampilan baru, semakin cantik, dan genit..

Usia ke 57 tahun, bukan suatu ukuran maju atau mundur serta baik atau buruk sebuah koran. Tetapi, semangat dan tekat para redaksi untuk berimprovisasi secara terus menerus, dan inovasi yang cerdas, serta “ continual improvement “ yang tajam, pasti akan membuat eksistensi sebuah “ Koran “ tetap hadir dalam kehidupan kemasyarakatan. Karena disadari atau tidak, masyarakat kita semakin lama-semakin membutuhkan informasi yang cerdas, akurat, cepat, serta konstruktif.

Kelebihan sebuah Koran, dibanding media elektronik sebenarnya sangat banyak.Antara lain, Koran ( tulisan ) akan bisa di baca berulang-ulang. Sehingga membuat pehamaman pembacanya semakin baik. Koran bisa di tunda membacanya. Mengingat keterbatasan waktu setiap orang itu berbeda. Koran itu aset secara fisik dan non fisik.Sehingga keberadaan sebuah berita di Koran bisa disimpan untuk kliping, bahan kajian atau reference suatu permasalahan. Berbeda dengan media televisi, misalnya. Yang memiliki kelebihan dalam kecepatan menyuguhkan berita tetapi butuh waktu khusus untuk menikmatinya. Dan berita didalam televisi tidak bisa kita simpan sebagai file pribadi. Kecuali kita khusus menyempatkan menonton dan merekamnya.

Sehingga, silahkan para pakar berbicara tentang “ kiamatnya koran “ sekian tahun yang akan datang. Tetapi saya yang bukan pakar menyangsikan teori ramalan para pakar tadi ? Boleh khan saya berbeda pendapat ?

Yang terakhir, kepada Suara Merdeka saya menyarankan, dengan tampilan yang baru ini, semoga tidak cepat-cepat diikuti dengan harga baru. Dengan alasan klise. Bagaimanapun, rakyat saat ini sudah sangat menderita dengan perekonomian yang amburadul. Sehingga janganlah Suara Merdeka mengambil keputusan yang melukai hati penggemarnya.

Jayalah selalu Suara Merdeka !!!