Minggu, 02 Agustus 2009

Minyak tanah...oh, minyak tanah

Minyak tanah…oh, minyak tanah…


Sepanjang hari kita melihat tayangan televisi, dan membaca di koran , antrian minyak tanah terjadi dimana-mana. Tidak hanya di daerah-daerah saja, bahkan sampai di Jakarta antrian itu terjadi. Ironis sekali…

Berjam- jam bahkan berhari hari rakyat antri demi 2-3 liter minyak tanah. Itupun belum tentu mendapatkannya. Pemerintah tetap memaksakan program konversi minyak tanah dengan elpiji. Tetapi maunya serba cepat dan instant. Sedangkan respon nya rakyat masih lamban,merambat. Pasokan minyak tanah mulai dikurangi, pasokan elpiji tidak selalu lancar, rakyat pun belum sepenuhnya siap merubah budaya kehidupan dari minyak tanah ke kompor gas.

Lihatlah yang antri minyak tanah, semua rakyat kecil.Rakyat miskin. Tidak ada istri bupati atau istri walikota mengantri minyak tanah. Tidak ada istri anggota Dewan yang antri minyak tanah.Tidak ada istri pejabat yang antri minyak tanah. Semuanya yang mengantri adalah rakyat miskin. Yang semakin sengsara.

Menteri Energi dan Sumber Daya dengan entengnya mengatakan, ah…itu khan Cuma “ panic buying”. Kepanikan sesaat,dan jika kebutuhan minyak tanahnya terpenuhi semua akan kembali normal. Dirut Pertamina pun bilang inggiiihhhhh…..

Puasa sudah diujung hidung. Lebaran juga akan segera tiba. Harga sembako merambat naik. Minyak goreng yang sudah naik, lupa turunnya. Dan sekarang ini minyak tanah semakin langka.

Anggota Dewan diam. DPD juga sami mawon. LSM dan BEM tidak ada reaksi. Semua tidak ber “ empati “. Semua diam sejuta bahasa, seakan terkena gendam dan sirep… Rakyat tetap menjerit dan menjerit….minyak tanah…oh minyak tanah…..katanya negri ini subur makmur tata tentrem kerta raharja...

Mohon kepada pemerintah. Berpihaklah sedikit kepada rakyat. Kalau program konversi minyak tanah ke elpiji ini belum berhasil, jangan dipaksakan dulu. Dievaluasi lagi, kalau perlu ditunda sampai usai lebaran. Dan bisa di coba lagi setelah lebaran dengan model yang lebih bijak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar